Minggu, 24 Mei 2020

SPECIAL MOMENT MASYARAKAT KENEGERIAN SENTAJO SETIAP 2 SYAWAL


Bulan Syawal merupakan bulan ke – 10 (sepuluh) tahun hijriah, dimana setelah menjalankan puasa pada bulan ramadhan, umat islam merayakan hari Raya Idul Fitri, tak terkecuali dengan masyarakat yang ada dikenegerian Sentajo,  para perantau asal kenegerian Sentajo sama dengan perantau-perantau daerah lainnya, minggu-minggu terakhir ramadhan biasanya pergerakan pulang Kampung sudah dimulai.


Foto : Beberapa Rumah Godang di Kenegerian Sentajo

Salah satu keistimewaan bulan Syawal adalah bulan silaturahmi, dimana silaturahmi adalah salah satu ibadah yang tidak asing pada bulan Syawal tersebut, mudik ke kampung halaman untuk berlebaran sudah menjadi tradisi sejak dahulu, apalagi dikenegerian Sentajo saat ini adat istiadat masih terjaga dengan baik, perubahan yang terjadi tentu seiring dengan perkembangan zaman.

Berlebaran dikampung halaman dilakukan adalah untuk menjaga silahturahmi, terutama dengan orang tua, sanak saudara, karib kerabat dan saudara-saudara lainnya, bagi siapapun termasuk perantau, hal yang sangat penting dilakukan pada bulan Syawal adalah bersilahturahmi dengan Orang tua sebagai keramat hidup, dimana ridho Allah ada pada ridho Orang tua dan murka Allah ada pada murka Orang tua, oleh sebab itu sangat rugi jika kita tidak bersilahturahmi dengan orang tua kita, terutama bagi orang tuanya yang masih hidup.

Bagi Orang tuanya yang sudah tidak ada, cara berbakti kepada orang tua tentu sudah ada, dengan mengikuti tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah, walaupun kondisinya seperti di atas, bukan berarti silaturahmi berhenti bagi perantau asal kenegerian Sentajo, silaturahmi akan tetap dilakukan terhadap sanak saudara, karib kerabat serta saudara-saudara lainnya yang berada dikampung halaman.

Idul fitri tahun 1441 H/2020 M, tentu akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana idul fitri tahun ini ditanah air kita, bahkan dunia sedang berjangkitnya penyakit menular Covid19, dimana penularan penyakit ini sangat cepat, sehingga berbagai Negara tak terkecuali Negara Kita menerapkan berbagai ketentuan dan anjuran untuk masyarakatnya, mulai dari tidak boleh bersalaman, sering cuci tangan pakai sabun, Jaga jarak, tetap dirumah saja dan hal penting lainnya.

Melihat kondisi saat ini, tentu akan sangat berpangaruh bagi masyarakat, keberanian untuk keluar rumah apalagi melakukan aktifitas dan mobilitas tentu akan berkurang, terutama untuk daerah-daerah yang masuk dalam kategori zona merah, melakukan perjalanan jauh dengan sendirinya akan berkurang,  karena disamping sulitnya mendeteksi wabah penyakit tersebut, kita harus ikuti anjuran para ahli yang disampaikan oleh juru bicara Covid19, semoga kita tetap mematuhi anjuran yang setiap hari disampaikan tersebut.

Special moment yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat kenegerian Sentajo pada setiap tanggal 2 Syawal, dimana pada tanggal tersebut masyarakat berbondong-bondong mendatangi desa Koto Sentajo, untuk berkumpul bersama dirumah adat masing-masing suku, berkumpul sambil silaturahmi membahas anak cucu kemanakan, generasi muda dan hal penting lainnya dikenegerian Sentajo, terutama terkait keberlangsungan kehidupan masyarakat untuk menuju persatuan dan kesatuan kenegerian Sentajo dalam bingkai adat istiadat.

Rumah godang tempat berkumpul tersebut berjumlah sekitar 24 (dua puluh empat) unit di desa tersebut, dimana desa koto Sentajo salah satu desa adat yang ada di kecamatan Sentajo Raya kabupaten Kuantan singingi, sejumlah rumah godang merupakan tempat berkumpulnya 4 (empat) suku yang ada dikenegerian tersebut yaitu Suku Caniago, Melayu, Petopang dan Piliang (Piliang Soni, Piliang Lowe dan Piliang Ujung Tanjung).

Rangkaian silaturahmi hari Raya Idul fitri setiap 2 Syawal dikenegerian Sentajo, dimulai pagi harinya dengan melakukan ziarah kubur, dimana ziarah kubur tersebut adalah untuk mendo’akan orang-orang yang telah wafat, terutama terhadap keluarga-keluarga dekat yang telah lebih dulu dipanggil oleh sang Pencipta, ziarah kubur umumnya berlangsung dari jam 7.00 Wib sampai sekitar jam 11.00 Wib.

Pada ziarah kubur tersebut silahturahmi terus berlangsung baik antara masyarakat sesama yang berdomisili dikenegerian Sentajo, maupun masyarakat yang pulang dari perantauan untuk berhari raya dikampung halaman, disinilah terkadang karib kerabat, sanak saudara yang selama ini tidak pernah berjumpa, bisa bertatap muka, biasanya bersilahturahmi melalui media, saat itu langsung dengan berjabat tangan.

Setelah ziarah kubur rangkaian selanjutnya adalah acara berkumpul di rumah godang, berkumpul di rumah godang dilakukan sesuai rumpun suku masing-masing dari keturunan Ibu, kenegerian Sentajo menganut sistem keturanan matrilineal, berkumpul tersebut dilakukan setelah sholat zuhur, masyarakat yang ada dikenegerian Sentajo sebanyak 5 (lima) desa, berdatangan ke desa Adat Koto Sentajo.

Aroma silaturahmi akan semakin terasa ketika kita mulai memasuki desa Koto Sentajo terutama memasuki gerbang menuju Dusun Gontiang, semakin mendekat jalanan menuju Rumah Godang masing-masing mulai menyempit, pada kondisi tertentu harus pandai-pandai untuk mencari lokasi parkir agar tidak terjebak dalam kemacetan suasana infrastruktur yang ada, rata-rata jalan sebagai akses ke Rumah godang pada lingkup dusun dikoto Sentajo dengan melewati semenisasi dengan lebar ± 2 meter.

Ada memang yang biasa langsung parkir di depan Rumah godang, tapi bagi yang parkir agak jauh, sambil berjalan kaki menuju Rumah godang seakan tidak berhenti berjabat tangan bersalaman dengan sanak saudara yang sama-sama menuju Rumah godang, terutama untuk sanak saudara yang tidak serumah godang dengan kita, kalau serumah godang biasanya bisa bertemu dalam satu rumah nantinya.

Karena ramainya yang akan berkumpul di Rumah godang, maka tentu perlu persiapan menu makanan, apalagi ini momen penting dan berkumpulnya banyak orang pada setiap Rumah,  namun tidak perlu terlalu banyak persiapan menu makanan yang harus dilakukan untuk berkumpul tersebut, disinilah kita akan melihat kebersamaan masyarakat kenegerian Sentajo.

Ketersediaan menu makanan di Rumah godang dilakukan dengan membawak makanan dari rumah masing-masing, laki-laki dewasa yang sudah berkeluarga yang pastinya tidak serumah godang dengan isterinya, sebelum para isteri mereka pergi kerumah godangnya masing-masing, biasanya mereka mengantarkan menu makanan dulu kerumah godang suaminya, berupa nasi, lauk pauk dan kue secukupnya, seukuran 1 (satu) rantang/siya empat tingkat.

Rata-rata rumah godang  memang menyediakan makanan, tapi biasanya menu yang tersedia menu-menu yang sedarhana seperti gulai nangka, rebung yang dikerjakan bersama-sama, gulai nangka semacam menu wajib tersedia hampir di setiap Rumah godang, ada juga biasanya yang menyediakan menu gulai kambing, menu gulai kambing biasanya ada salah satu atau lebih keluarga dari suku tersebut bersedekah, aqeqah dan hal lainnya.

Setelah ± 2 (dua) Jam berada dalam rumah godang, dimana selama didalam rumah biasanya memberikan arahan kepada anak cucu kemanakan untuk kebaikan, rehab/perbaikan rumah godang dengan mengumpulkan iuran tahunan, berdo’a agar selalu diberikan kesehatan, keselamatan dunia akhirat dan sebelum keluar dari rumah godang tidak ketinggalan momen bersalam-salaman keluarga satu suku.

Setelah keluar dari Rumah godang paling lambat jam 16.00 WIB, dipinggiran jalan menuju gerbang keluar lokasi desa adat tersebut, kita dapat menyaksikan Silat pendekar bertuah, yang bertempat di Sosoran (tempat bermain silat) pondam, dimana silat ini sudah menjadi bagian dari proses adat istiadat yang turun temurun dan juga sebagai sarana hiburan yang selalu ditunggu oleh masyarakat kenegerian Sentajo saat 2 Syawal.

Setelah berbagai rangkaian acara 2 Syawal di Rumah Godang di desa Koto sentajo selesai, masyarakat kenegerian Sentajo bersiap kembali untuk menghadapi aktifitas rutin seperti biasanya, para perantau bersiap-siap untuk kembali ketempat domisilinya, biasanya tak ketinggalan untuk membungkus kue-kue lebaran khas kampung halaman, apalagi kue-kue tersebut buatan hasil tangan orang-orang tercinta yang sering dirasakannya, yang tentunya sedari kecil mereka nikmati kue-kue buatan sanak saudara tercinta.

Tahun ini 1441 H/2020 M, momen 2 Syawal akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana mungkin sebagian para Perantau yang tidak bisa pulang kampung dan bahkan yang berdomisili di manapun pun harus membatasi ruang geraknya untuk tidak berkumpul, karena tahun ini Negara kita bahkan beberapa negara sedang mewabahnya penyakit menular Covid19, kita berharap semoga Covid19 segera hilang dari muka bumi ini dan tidak lagi menyerang peradaban umat manusia.

Dari Rantau salam dan mohon maaf kami sampaikan kepada :

·        Orang-orang yang kami cintai
·        Para Pemangku adat Kenegerian Sentajo ; Pengulu nan barompek, Menti nan barompek, Dubalang nan baropek dan Khotik/imam nan barompek
·         Para Pemimpin di 5 (lima) desa Sekenegerian Sentajo
·   Cerdik Pandai, alim ulama, sanak saudara handai tolan tanpa terkecuali dikenegerian Sentajo
·    Para perantau dimana pun saudara-saudaraku berada, terkhusus Perantau asal kenegeian Sentajo

Apa yang menimpa Negeri kita saat ini, Mudah-mudahan dapat kita jadikan sebagai cambuk untuk terus meningkatan iman dan taqwa kita kepadaNya, 

Semoga!.... Semangat Ramadhan terpatri dalam hati sanubari kita dan kita hendaknya selalu berusaha menjadi orang yang menyempurnakan semangat puasa,.

Mari....... Selalu kita ikuti selalu anjuran dalam beraktifitas dan berkomunikasi pada masa covid19 mewabah....

Semoga Kita semua selalu dalam lindungan serta ridhoNya.
Jika ada Salah kata dan salah bahasa, mohon koreksi dari pembaca semua.                        
Salam idul Fitri 1441 H / 2020 M

Oleh

NAFRIANDI
Rengat – indragiri hulu - Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PACU JALUR TERINTEGRASI DAPAT MENJAGA BUDAYA UNTUK MENGEMBANGKAN WISATA DAN MENCIPTAKAN PELUANG USAHA

Oleh : Nafriandi Masing-masing daerah berusaha secara kontinyu untuk mempertahankan dan bahkan mencari potensi baru dibidang pariwisata, k...