Bulan Syawal merupakan
bulan ke – 10 (sepuluh) tahun hijriah, dimana
setelah menjalankan puasa pada bulan ramadhan,
umat islam merayakan hari Raya Idul Fitri,
tak terkecuali dengan masyarakat yang ada dikenegerian Sentajo, para perantau asal kenegerian Sentajo sama
dengan perantau-perantau daerah lainnya, minggu-minggu terakhir ramadhan
biasanya pergerakan pulang Kampung sudah dimulai.
Foto : Beberapa Rumah Godang di Kenegerian Sentajo
Salah satu keistimewaan bulan
Syawal adalah bulan silaturahmi, dimana silaturahmi adalah salah satu ibadah
yang tidak asing pada bulan Syawal tersebut, mudik ke kampung halaman untuk
berlebaran sudah menjadi tradisi sejak dahulu, apalagi dikenegerian Sentajo saat
ini adat istiadat masih terjaga dengan baik, perubahan yang terjadi tentu
seiring dengan perkembangan zaman.
Berlebaran dikampung
halaman dilakukan adalah untuk menjaga silahturahmi, terutama dengan orang tua,
sanak saudara, karib kerabat dan saudara-saudara lainnya, bagi siapapun
termasuk perantau, hal yang sangat penting dilakukan pada bulan Syawal adalah
bersilahturahmi dengan Orang tua sebagai keramat hidup, dimana ridho Allah ada
pada ridho Orang tua dan murka Allah ada pada murka Orang tua, oleh sebab itu
sangat rugi jika kita tidak bersilahturahmi dengan orang tua kita, terutama
bagi orang tuanya yang masih hidup.
Bagi Orang tuanya yang
sudah tidak ada, cara berbakti kepada orang tua tentu sudah ada, dengan mengikuti
tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah, walaupun kondisinya seperti di atas,
bukan berarti silaturahmi berhenti bagi perantau asal kenegerian Sentajo, silaturahmi
akan tetap dilakukan terhadap sanak saudara, karib kerabat serta
saudara-saudara lainnya yang berada dikampung halaman.
Idul fitri tahun 1441
H/2020 M, tentu akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana idul fitri tahun ini
ditanah air kita, bahkan dunia sedang berjangkitnya penyakit menular Covid19,
dimana penularan penyakit ini sangat cepat, sehingga berbagai Negara tak
terkecuali Negara Kita menerapkan berbagai ketentuan dan anjuran untuk
masyarakatnya, mulai dari tidak boleh bersalaman, sering cuci tangan pakai
sabun, Jaga jarak, tetap dirumah saja dan hal penting lainnya.
Melihat kondisi saat ini,
tentu akan sangat berpangaruh bagi masyarakat, keberanian untuk keluar rumah
apalagi melakukan aktifitas dan mobilitas tentu akan berkurang, terutama untuk
daerah-daerah yang masuk dalam kategori zona merah, melakukan perjalanan jauh
dengan sendirinya akan berkurang, karena
disamping sulitnya mendeteksi wabah penyakit tersebut, kita harus ikuti anjuran
para ahli yang disampaikan oleh juru bicara Covid19, semoga kita tetap mematuhi
anjuran yang setiap hari disampaikan tersebut.
Special
moment yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat kenegerian
Sentajo pada setiap tanggal 2 Syawal, dimana pada tanggal tersebut masyarakat
berbondong-bondong mendatangi desa Koto Sentajo, untuk berkumpul bersama
dirumah adat masing-masing suku, berkumpul sambil silaturahmi membahas anak
cucu kemanakan, generasi muda dan hal penting lainnya dikenegerian Sentajo,
terutama terkait keberlangsungan kehidupan masyarakat untuk menuju persatuan
dan kesatuan kenegerian Sentajo dalam bingkai adat istiadat.
Rumah
godang tempat berkumpul tersebut berjumlah sekitar 24 (dua
puluh empat) unit di desa tersebut, dimana desa koto Sentajo salah satu desa
adat yang ada di kecamatan Sentajo Raya kabupaten Kuantan singingi, sejumlah rumah godang merupakan tempat
berkumpulnya 4 (empat) suku yang ada dikenegerian tersebut yaitu Suku Caniago,
Melayu, Petopang dan Piliang (Piliang
Soni, Piliang Lowe dan Piliang Ujung Tanjung).
Rangkaian silaturahmi hari
Raya Idul fitri setiap 2 Syawal
dikenegerian Sentajo, dimulai pagi harinya dengan melakukan ziarah kubur,
dimana ziarah kubur tersebut adalah untuk mendo’akan orang-orang yang telah
wafat, terutama terhadap keluarga-keluarga dekat yang telah lebih dulu
dipanggil oleh sang Pencipta, ziarah kubur umumnya berlangsung dari jam 7.00
Wib sampai sekitar jam 11.00 Wib.
Pada ziarah kubur tersebut
silahturahmi terus berlangsung baik antara masyarakat sesama yang berdomisili
dikenegerian Sentajo, maupun masyarakat yang pulang dari perantauan untuk
berhari raya dikampung halaman, disinilah terkadang karib kerabat, sanak
saudara yang selama ini tidak pernah berjumpa, bisa bertatap muka, biasanya
bersilahturahmi melalui media, saat itu langsung dengan berjabat tangan.
Setelah ziarah kubur
rangkaian selanjutnya adalah acara berkumpul di rumah godang, berkumpul di rumah
godang dilakukan sesuai rumpun suku masing-masing dari keturunan Ibu, kenegerian
Sentajo menganut sistem keturanan matrilineal,
berkumpul tersebut dilakukan setelah sholat zuhur, masyarakat yang ada
dikenegerian Sentajo sebanyak 5 (lima) desa, berdatangan ke desa Adat Koto
Sentajo.
Aroma silaturahmi akan
semakin terasa ketika kita mulai memasuki desa Koto Sentajo terutama memasuki
gerbang menuju Dusun Gontiang, semakin mendekat jalanan menuju Rumah Godang masing-masing mulai
menyempit, pada kondisi tertentu harus pandai-pandai untuk mencari lokasi
parkir agar tidak terjebak dalam kemacetan suasana infrastruktur yang ada,
rata-rata jalan sebagai akses ke Rumah
godang pada lingkup dusun dikoto
Sentajo dengan melewati semenisasi dengan lebar ± 2 meter.
Ada memang yang biasa
langsung parkir di depan Rumah godang, tapi
bagi yang parkir agak jauh, sambil berjalan kaki menuju Rumah godang seakan tidak berhenti berjabat tangan bersalaman dengan
sanak saudara yang sama-sama menuju Rumah
godang, terutama untuk sanak saudara yang tidak serumah godang dengan kita,
kalau serumah godang biasanya bisa bertemu dalam satu rumah nantinya.
Karena ramainya yang akan
berkumpul di Rumah godang, maka tentu
perlu persiapan menu makanan, apalagi ini momen penting dan berkumpulnya banyak
orang pada setiap Rumah, namun tidak
perlu terlalu banyak persiapan menu makanan yang harus dilakukan untuk
berkumpul tersebut, disinilah kita akan melihat kebersamaan masyarakat
kenegerian Sentajo.
Ketersediaan menu makanan
di Rumah godang dilakukan dengan membawak makanan dari rumah masing-masing,
laki-laki dewasa yang sudah berkeluarga yang pastinya tidak serumah godang dengan isterinya, sebelum para isteri
mereka pergi kerumah godangnya masing-masing, biasanya mereka mengantarkan menu
makanan dulu kerumah godang suaminya, berupa nasi, lauk pauk dan kue
secukupnya, seukuran 1 (satu) rantang/siya empat tingkat.
Rata-rata rumah
godang memang menyediakan makanan, tapi biasanya
menu yang tersedia menu-menu yang sedarhana seperti gulai nangka, rebung yang
dikerjakan bersama-sama, gulai nangka semacam menu wajib tersedia hampir di
setiap Rumah godang, ada juga
biasanya yang menyediakan menu gulai kambing, menu gulai kambing biasanya ada
salah satu atau lebih keluarga dari suku tersebut bersedekah, aqeqah dan hal
lainnya.
Setelah ± 2 (dua) Jam
berada dalam rumah godang, dimana
selama didalam rumah biasanya memberikan arahan kepada anak cucu kemanakan untuk
kebaikan, rehab/perbaikan rumah godang dengan mengumpulkan iuran tahunan,
berdo’a agar selalu diberikan kesehatan, keselamatan dunia akhirat dan sebelum keluar
dari rumah godang tidak ketinggalan
momen bersalam-salaman keluarga satu suku.
Setelah keluar dari Rumah godang paling lambat jam 16.00 WIB,
dipinggiran jalan menuju gerbang keluar lokasi desa adat tersebut, kita dapat
menyaksikan Silat pendekar bertuah,
yang bertempat di Sosoran (tempat bermain silat) pondam, dimana silat ini sudah
menjadi bagian dari proses adat istiadat yang turun temurun dan juga sebagai sarana
hiburan yang selalu ditunggu oleh masyarakat kenegerian Sentajo saat 2 Syawal.
Setelah berbagai rangkaian
acara 2 Syawal di Rumah Godang di
desa Koto sentajo selesai, masyarakat kenegerian Sentajo bersiap kembali untuk
menghadapi aktifitas rutin seperti biasanya, para perantau bersiap-siap untuk
kembali ketempat domisilinya, biasanya tak ketinggalan untuk membungkus kue-kue
lebaran khas kampung halaman, apalagi kue-kue tersebut buatan hasil tangan
orang-orang tercinta yang sering dirasakannya, yang tentunya sedari kecil
mereka nikmati kue-kue buatan sanak saudara tercinta.
Tahun ini 1441 H/2020 M,
momen 2 Syawal akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana mungkin
sebagian para Perantau yang tidak bisa pulang kampung dan bahkan yang
berdomisili di manapun pun harus membatasi ruang geraknya untuk tidak
berkumpul, karena tahun ini Negara kita bahkan beberapa negara sedang
mewabahnya penyakit menular Covid19,
kita berharap semoga Covid19 segera
hilang dari muka bumi ini dan tidak lagi menyerang peradaban umat manusia.
Dari Rantau salam dan
mohon maaf kami sampaikan kepada :
· Orang-orang yang kami cintai
· Para Pemangku adat Kenegerian Sentajo ; Pengulu
nan barompek, Menti nan barompek, Dubalang nan baropek dan Khotik/imam nan barompek
· Para Pemimpin di 5 (lima) desa Sekenegerian
Sentajo
· Cerdik Pandai, alim ulama, sanak saudara
handai tolan tanpa terkecuali dikenegerian Sentajo
· Para perantau dimana pun saudara-saudaraku
berada, terkhusus Perantau asal kenegeian Sentajo
Apa yang menimpa Negeri
kita saat ini, Mudah-mudahan dapat kita jadikan sebagai cambuk untuk terus meningkatan
iman dan taqwa kita kepadaNya,
Semoga!.... Semangat
Ramadhan terpatri dalam hati sanubari kita dan kita hendaknya selalu berusaha
menjadi orang yang menyempurnakan semangat puasa,.
Mari....... Selalu kita
ikuti selalu anjuran dalam beraktifitas dan berkomunikasi pada masa covid19 mewabah....
Semoga Kita semua selalu
dalam lindungan serta ridhoNya.
Jika ada Salah kata dan
salah bahasa, mohon koreksi dari pembaca semua.
Salam idul Fitri 1441 H /
2020 M
Oleh
NAFRIANDI
Rengat – indragiri hulu - Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar