Rabu, 21 September 2022

PACU JALUR TERINTEGRASI DAPAT MENJAGA BUDAYA UNTUK MENGEMBANGKAN WISATA DAN MENCIPTAKAN PELUANG USAHA

Oleh : Nafriandi

Masing-masing daerah berusaha secara kontinyu untuk mempertahankan dan bahkan mencari potensi baru dibidang pariwisata, karena kepariwisataan dapat membuka kesempatan kerja dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat, jika objek tujuan selalu menarik untuk dikujungi, baik untuk masyarakat lokal maupun dari luar daerah.

Suasana Pacu Jalur Miniatur september 2022 
Tepian Sungai Sonsang Desa Koto Sentajo Kecamatan Sentajo raya

Kuantan Singingi diwariskan budaya yang luar biasa oleh para pendahunya, yang merupakan karunia besar yang dititipkan oleh Sang Penguasa alam di rantau nan kurang oso duo puluah ini, wisata budaya Pacu Jalur seakan sudah mendarah daging bagi masyarakat di Rantau kuantan, Pacu jalur yang begitu populer tersebut sudah menjadi agenda Pemerintah provinsi Riau.

Saat ini Pacu Jalur merupakan event Nasional, artinya Pacu jalur sudah menjadi perhatian Pemerintah Pusat, walaupun perhatian Pemerintah Pusat belum sepenuhnya, namun dengan kehadiran setiap tahun utusan dari Pemerintah Pusat dalam open ceremony Pacu jalur, merupakan modal besar bagi Pemerintah daerah untuk meyakinkan kembali akan perhatiannya.

Pengunjung Pacu Jalur terutama pada event Nasional ditepian Narosa Telukkuantan kabupaten Kuantan Singingi provinsi Riau, setiap tahun acara Pacu jalur antusias masyarakat tidak diragukan lagi dan bahkan pada tingkat rayon pun Pacu jalur selalu padat pengunjung, Pacu jalur rayon dikecamatan secara bergilir merupakan penunjang ivent Nasional sembari pemanasan.

Potensi besar dan kekayaan budaya Pacu jalur yang dimiliki oleh daerah yang bermotto Basatu nagori maju ini, semoga selalu eksis dan selalu terpelihara dengan baik, disamping itu perlu adanya inovasi-inovasi penunjang event besar tersebut, dimana agenda wisata Pacu jalur sebaiknya tidak berhenti dihari ke 5 (lima) setelah didapatnya juara tepian Narosa.

Setelah hari puncak pada final tepian Narosa, berbagai kegiatan yang dapat dijadikan sebagai inovasi dan penunjang Pacu jalur event nasional, sehingga Pacu jalur tepian Narosa menjadi agenda budaya yang terintegrasi, aktifitas penopang secara kontinyu tetap ada, sampai Pacu Jalur kembali dilaksanakan pada peringatan kemerdekaan Republik Indonesia tahun berikutnya. 

Berbagai kegiatan inovasi dan penunjang Pacu Jalur event Nasional yang harus menjadi perhatian pihak-pihak terkait, pemerintah kabupaten Kuantan singingi maupun provinsi Riau, selain Pacu jalur tingkat rayon dan Perahu Baganduang, yang dapat dikemas dalam agenda kegiatan kepariwisataan yang berhubungan Pacu jalur antara lain :


1.        Berkunjung ke Kandang Sang Juara

 

Setelah ivent Pacu jalur tepian Narosa Telukkuantan, ada baiknya disambung dengan kegiatan yang ditaja oleh pemerintah daerah setempat yaitu dalam agenda “Berkunjung ke kandang sang juara”, dimana tujuannya adalah untuk silahturahmi dan mengenal lebih dekat asal jalur sambil memperkenalkan desa atau kelurahan tempat jalur pemenang berasal.

 

Pacu jalur yang selalu diikuti oleh peserta dari daerah lain selain kabupaten Kuantan Singingi, terutama yang hampir tidak pernah absen di setiap perhelatan tepian Narosa yaitu kabupaten Indragiri hulu, yang merupakan saudara tua dari kabupaten Kuantan singingi yang tentunya tidak bisa lepas dari sejarah pacu jalur di rantau kuantan.

 

Pacu jalur tepian Narosa selalu diikuti lebih dari 1 (satu) kabupaten, siapa dan dari manapun pemenang, jadikan hal berkenaan sebagai agenda rutin pemerintah setempat, selain untuk mengenal lebih dekat asal sang juara, kegiatan itu akan dapat memupuk tali silaturahmi antar unsur Panitia dengan peserta dan sekaligus sambil melihat potensi wisata wilayah setempat.

 

Dalam program pariwisata berkunjung ke kandang sang juara, rancanglah sedemikian rupa, sehingga kunjungan kita dapat diingat dan dikenang masyarakat setempat, misalkan ketika kita berkunjung menyediakan seperti plakat sebagai cinderamata, sertifikat, uang pemeliharaan untuk jalur, sebagai apresiasi dan dukungan dari pemerintah daerah,

 

2.        Pacu Jalur Miniatur

 

Pacu jalur miniatur sejak beberapa tahun terakhir terus menggeliat dan menjadi hiburan tersendiri bagi sebagian masyarakat, khususnya para kawula muda, animo masyarakat terhadap Pacu jalur miniatur semakin hari semakin bertambah, Pacu jalur miniatur yang dilaksanakan disungai kecil atau parit di aliran air.

 

Antusias masyarakat terhadap Pacu jalur miniatur dapat terlihat pada setiap kegiatan tersebut berlangsung, salah satu contoh beberapa minggu pasca perhelatan event Nasional, masyarakat desa Koto sentajo kecamatan Sentajo raya melaksanakan pacu jalur miniatur rayon 1 ditepian sungai sonsang

 

Pacu jalur rayon 1 ditepian sungai Sonsang (dulu kami menyebutnya sungai rutopang silakan baca di http://nafriandi-naf.blogspot.com/2010/02/keberadaan-sungai-rutopang-di-desa.html), dimana jumlah pesertanya dari sumber Suara riau tanggal 15 september 2022 mencapai sebanyak ± 2462 Jalur miniatur, suatu jumlah yang luar biasa.

 

Pacu jalur miniatur sebenarnya sudah ada sejak dulu, tapi tidak semeriah seperti saat ini, dulu hanya anak-anak sekitar tepian tempat mandi dan alat peraga berupa jalur miniaturnya umumnya terbuat dari pelepah daun rumbia, dari kayu ada tapi untuk lomba ditepian khususnya tepian sungai sonsang lebih dominan Jalur-jalur dari pelepah rumbia.

 

Pacu jalur miniatur yang dilaksanakan disungai Sonsang desa Koto sentajo sekarang, dulunya merupakan tepian tempat mandi masyarakat setempat dan juga tempat kami melaksanakan aktifitas semasa kanak-kanak dibawah tahun 1990 salah satunya adalah Pacu jalur miniatur yang terbuat dari pelepah rumbia tersebut.

 

Dari animo masyarakat saat ini Pacu jalur miniatur sepertinya akan terus eksis, jika kita melihat partisifasi masyarakat ditepian sungai Sonsang desa Koto sentajo kecamatan Sentajo raya tersebut, peserta yang ikut sudah meluas ke kabupaten tetangga dan bahkan agenda yang sama pada bulan September 2022 sudah menunggu di beberapa lokasi.

 

Beberapa tepian selain tepian desa Koto Sentajo telah mengagendakan pacu jalur miniatur berikutnya, seperti tepian desa kasang kecamatan Kuantan mudik, tepian sungai buahdagho desa Pematang benteng kecamatan batang Peranap, tepian loban desa Toar Kecamatan Gunung toar, tepian Perhentian luas Kecamatan Logas tanah darat dan lokasi lainnya.   

 

Pacu jalur miniatur sebenarnya tidak hanya sekedar tontonan dan hiburan mengisi waktu luang, namun banyak hal penting dan bermanfaat yang dapat kita ambil, seperti kreatifitas seni oleh pembuat jalur miniatur peluang terciptanya potensi usaha bagi masyarakat di desa, silaturahmi para kaula muda dan berbagai manfaat lainnya

 

Mengingat hal diatas sudah selayaknya Pacu jalur miniatur masuk dalam agenda budaya terintegrasi sebagai pendukung event Nasional, Apresiasi, dukungan dan perhatian sudah sewajarnya diberikan kepada para kaula muda khususnya, kerena kelompok masyarakat terutama anak muda didaerah kita telah membuat acara yang positif dan bermanfaat.    

 

3.        Proses Pembuatan Jalur

 

Pembuatan jalur memerlukan waktu dan proses, dimana prosesnya mungkin bisa kita kemas sebagai ajang wisata, seperti beberapa proses sebelum maupun sesudah kayu ditebang, sebelum ditebang biasanya ada proses mencari kayu, menandai kayu dan setelah kayu ditandai selanjutnya ada proses do’a meminta kayu kepada Pemilik/Penguasa alam.

 

Selain itu tidak ada salah kita hidupkan kembali proses maelo jalur dengan tenaga manusia, kalau dulu maelo jaluar tersebut dari lokasi pokok kayu penebangan sampai tambatan, sekarang cukup dari pokok kayu ke jalan besar atau maelo jaluar 250 - 500 m sebelum kayu sampai ke tempat pengerjaannya, selebihnya lakukan penarikan dengan alat berat.

 

Selain hal diatas yang berpotensi dijadikan ajang Pariwisata yaitu proses malayuar jaluar atau mandiyang atau mengasapi jalur, dalam pelaksanaannya proses ini biasanya selalu disaksikan banyak orang disekitar lokasi dan selain itu pada saat Jalur di layuar atau diasapi diselingi dengan hiburan rakyat setempat.       

 

4.        Pacu Godok

 

Pacu godok adalah Pacu jalur yang digelar oleh kelompok masyarakat mulai saat turun keladang sampai menugal (menebar benih) padi selesai, Pacu godok biasanya dilaksanakan disore hari menjelang waktu pulang kerumah masing-masing, Pacu godok tidak menyediakan hadiah khusus, hanya tersedia godok atau kue yang akan disantap usai pacu.

 

Godok atau kue tersebut selain dipiring, biasanya juga digantung-gantung pada bambu yang dirangkai tegak, dimana masyarakat setempat menyebutnya dengan nama jambar, sampai saat ini budaya jambar masih digunakan masyarakat khususnya di kenegerian Sentajo (dikenegrian lain gimana?), yaitu untuk acara barolek seperti acara sunatan dan lain-lain.

 

Pacu godok identik sekali dengan pertanian, karena arenanya berada disungai sekitar peladangan, dimana ladang merupakan lahan kering daratan tempat menanam padi masyarakat, ladang selain tempat menanam padi juga ada tanaman tumpangan (semacam tumpang sari) seperti jagung dan botiak (mungkin timun suri ya?)   

      

Peserta Pacu godok bisanya tidak banyak dan waktu pelaksanaannya setelah ashar, masing-masing jalur akan hilir secara berulang-ulang dan pemacunya saling bergantian, disamping sebagai hiburan para petani di sekitar peladangan, pacu godok  juga dimanfaatkan sebagai ajang melatih anak-anak sedari muda belajar untuk berpacu.

 

Saat ini mungkin Pacu godok sudah hampir tidak terdengar lagi, kita berharap bagi areal peladangan atau sejenisnya yang masih berfungsi, mungkin tidak ada salahnya untuk menghidupkan kembali budaya yang pernah ada tersebut, sehingga Pacu godok dapat dijadikan bagian agenda budaya yang terintegrasi dengan Pacu jalur event Nasional.  

 

5.        Mesium Jalur

 

Perjalanan panjang Pacu jalur dirantau kuantan, semula di daerah administrasi kabupaten Indragiri, tahun 1965 dimekarkan menjadi kabupaten Indragiri hulu, kemudian pada tahun 1999 Indragiri Hulu kembali dimekarkan dengan kabupaten Kuantan singingi, sekarang Pacu jalur event Nasional berada diwilayah administrasi kabupaten Kuantan singingi.

 

Pacu jalur event Nasional ditepian Narosa yang sudah berlangsung sejak lama tersebut, dimana pelaksananya pada daerah kabupaten mulai dari kabupaten Indragiri, Indragiri hulu dan saat ini kabupaten paling muda Kuantan Singingi, tidak sedikit catatan sejarah yang perlu dihimpun dan simpan, tempat penyimpan yang paling tepat tersebut adalah mesium

 

Mesium Jalur akan dapat menambah tujuan kunjungan dan akan menambah tempat wisata baru, dari mesium tersebutlah informasi pacu jalur sebelumnya dapat diketahui setiap pengunjung, kemudian jadikan mesium jalur sebagai bagian dari agenda budaya yang terintegrasi, semoga ada keinginan daerah untuk membangun Mesium jalur tersebut.     

Sepintas ide-ide tersebut diatas mungkin tidaklah terlalu urgen untuk dibahas, namun menciptakan peluang, menggali dan inovasi perlu dilakukan,  terhadap angka 1 sampai dengan 4, jika di konsep, di kemas dengan baik dan telusuri makna terkandung, arti penting  didalamnya, yakinlah akan dapat membuka peluang wisata baru di Kabupaten Kuantan Singingi.

Pada era milenial saat ini mayoritas kita sudah terhipnotis dengan kemajuan teknologi, sehingga budaya-budaya dan kebiasaan masyarakat terus bergeser dan terdegradasi, kegiatan-kegiatan tradisional perlahan mului meredup, namun kita harus yakin setiap kegiatan baik yang tradisional ataupun modern berbazis teknologi pasti ada peminatnya.

Sebagian tradisi masyarakat sebelum menghilang dan luput dari pandangan, ada baiknya kita coba angkat kembali kepermukaan untuk dikembangkan, terhadap inovasi yang dilakukan masyarakat seperti Pacu jalur miniatur dan inovasi lain yang mungkin timbul, selagi positif dan memunculkan kreatifitas bagi generasi muda, untuk eksisnya sewajarnya kita dukung bersama.

Terhadap pengunjung Pacu jalur tidak diragukan lagi, partisifasi peserta dan pencinta Pacu jalur terus meluas ke luar kabupaten Kuantan Singingi dan Indragiri hulu, sebagai budaya yang sangat membantu usaha masyarakat, Pacu jalur harus ditopang oleh potensi-potensi wisata lain yang dapat dijadikan penyanggah sambil promosi berkelanjutan akan event Nasional tepian Narosa.         

Semoga apa yang ada dalam tulisan dapat tersambung dan tersampaikan ke pihak-pihak terkait, terutama pihak yang membidangi budaya dan wisata, Pacu jalur merupakan modal besar warisan nenek moyang yang dititipkan Ilahi dialam basatu nagori maju ini, semoga tetap eksis dan mari kita kembangkan menjadi “wisata budaya Pacu Jalur terintegrasi”.

 

Jika terdapat kata dan tulisan atau maksud yang kurang dan bahkan tidak berkenan, mohon ma’af dan mohon juga untuk koreksinya

Senin, 19 September 2022

PROSES PEMBUATAN JALUR TAHUN 80-AN DI RANTAU KUANTAN

PROSES PEMBUATAN JALUR TAHUN 80-AN DI RANTAU KUANTAN

Oleh : Nafriandi

Panjang Jalur yang digunakan dalam Pacu Jalur berkisar antara 25 s/d 40 meter, dimana jalur dibuat dengan menggunakan sebatang kayu yang utuh, dari panjang Jalur tersebut tentu bukanlah perkara mudah untuk bisa memiliki sebuah Jalur, apalagi pada masa teknologi belum berkembang, butuh kebulatan tekad dan kebersamaan, agar impian untuk memiliki jalur dapat diwujudkan.

                   Ma elo jaluar desa Koto rajo - KHS  - Sumber foto : Riau Mandiri.co

Batabo atau gotong royong dirantau kuantan sudah menjadi tradisi masyarakat sampai saat ini, setiap kegiatan kemasyarakatan dari dulu dilaksanakan dengan batobo, terutama untuk kegiatan yang mememerlukan banyak tenaga dan bahkan biaya, membuat Jalur salah satu kegiatan yang selalu dilaksanakan tradisi batobo tersebut, mulai dari survey pencarian kayu, penebangan, maelo (maenarik) jalur dan sampai berbentuk kayu tersebut menjadi sebuah perahu atau Jalur.

Pada zaman modern saat ini kegiatan Betobo mengalami degradasi, kemajuan teknologi mengubah sistem dan pola masyarakat dalam mengatasi persoalan, kegiatan masyarakat sudah beralih dari menggunakan tenaga manusia (manual) ke tenaga mesin, seperti maelo Jalur, ketika sudah beralih ke tenaga mesin, dengan sendirinya untuk proses Batobo dalam maelo jalur dirantau kuantan berkurang dan bahkan hilang seiring perkembangan zaman.

Penulis mencoba untuk mengingat-ingat ulang proses pembuatan Jalur diwilayah domisili penulis lahir, dari kanak-kanak sampai dewasa muda, mohon ma’af jika nantinya ada yang kurang berkenan terhadap locus yang diambil, locus pembuatan Jalur dibawah tahun 1990 an yang disampaikan adalah dari desa Koto Sentajo kecamatan Kuantan tengah kabupaten Indragiri hulu, sekarang desa Koto sentajo kecamatan Sentajo raya kabupaten Kuantan Singingi.

Kepada pembaca khususnya kekawan sepermainan, Abang, Mamak, Bapak, Datuak dan saudaraku yang lain, yang mungkin juga banyak tau dan menyimpan cerita tentang pembuatan Jalur tempo dulu, diharapkan dikoreksi jika terdapat informasi yang kurang dan bahkan tidak sesuai, semoga tulisan ini dapat menambah sedikit informasi masyarakat di era milenial dan walaupun hanya setitik air ditengah laut dan sebutir pasir ditepi pantai.

Bahan kayu untuk pembuatan Jalur pada dekade 80-an mungkin tidak sesulit saat ini, karena untuk kenegerian Sentajo sendiri yang terdiri dari 4 (empat) dari 5 (lima) desa yaitu Kampung baru sentajo, Koto sentajo, Muaro sentajo dan Pulau komang sentajo, mencari kayu untuk jalur biasanya pada rimba atau hutan yang tebentang mulai dari hutan lindung Sentajo – sampai ke muara langsat, sedangkan Pulau kopung sentajo mungkin lebih memilih pada rimbo kukok dan sekitarnya yang berbatasan langsung dengan desa tersebut.

Rimba atau hutan tempat pengambilan kayu tersebut dilintasi sebuah jalan penghubung dari Sentajo sampai muara langsat panjangnya ± 30 KM, dimana dari simpang PT.PT kampung baru sentajo sampai ke hutan lindung sekitar ± 2 KM, artinya rimba atau hutan kiri kanan jalan terbentang sepanjang ± 28 KM sampai muara langsat, hutan atau rimba tersebut diselingi lahan perkebunan karet masyarakat setempat, pada jalan tersebut dapat juga sebagai akses ke kiri jalan ke desa Jake dan Singingi, ke kanan Jalan ke desa Sako Pangean.

Pada suatu ketika desa Koto sentajo membuat sebuah jalur dimana kayunya diambil di antara KM 8 sampai KM 10 ruas jalan Sentajo – Muara langsat, kita anggap kayu diambil di KM 9 (yang ingat mohon koreksi persis lokasinya) dan untuk jenis kayu, tinggi pohon dan umur kayu, penulis juga tidak mengetahui sampai ke ranah itu, karena saat itu penulis masih anak-anak, mohon juga kepada pembaca agar dapat menyampai informasi terkait jenis dan umur kayu yang ideal untuk dijadikan jalur.     

Proses pembuatan Jalur dekade 80-an di Rantau kuantan tepatnya di desa Koto Sentajo saat ini kecamatan Sentajo raya kabupaten Kuantan singingi sebagai berikut :

1.        Survey

Dimulai oleh suatu keinginan masyarakat desa untuk memiliki jalur, maka para perangkat desa berunding, kemudian setelah ada kata sepakat, maka mulailah dilakukan penjajakan atau survey terhadap kayu yang akan digunakan untuk membuat sebuah jalur tersebut, survey dilakukan oleh perangkat desa bersama masyarakat siapa saja yang mau ikut, dalam survey ini biasanya tidak perlu terlalu banyak orang. 

Informasi untuk kayu jalur biasanya sudah ada dari masyarakat, terutama dari masyarakat yang selalu melakukan aktifitas ke sekitraran rimba atau hutan seperti manakiak, mancari palibai, mamikek kuaran dan lain-lain, namum biasanya perlu dilakukan survey untuk melihat dari dekat apakah jenis dan umur kayu sudah bisa untuk digunakan, bagaimana dengan kondisi disekitaran pokok kayu, itu semua perlu juga diketahui.

2.        Penebangan

Setelah kayu sesuai dengan keinginan dan disepakati, maka dilanjutkan dengan proses penebangan,, namun sebelum ditebang dilakukan terlebih dahulu proses permohonan dan do’a disekitaran pokok kayu, agar diberi kelancaran untuk semua proses dan selain itu proses do’a juga merupakan permintaan izin kepada pemilik alam Allah S.W.T, untuk meminta makluk ciptaannya yang akan digunakan untuk pembuatan Jalur.

Setelah pokok kayu untuk dibuatkan jalur tersebut tumbang, langkah selanjutnya adalah melakukan pemotongan dahan-dahan dan ranting, pokok kayu dibersihkan serta dirapikan, kemudian untuk mengurangi beban saat penarikan nanti, maka tukang sudah mulai untuk membentuk jalur sementara, dimana pembentukan dilakukan untuk berat, dengan tidak mengganggu unsur penting dalam sebuah Jalur.      

3.        Maelo Jalur

Maelo (menarik) jalur salah satu proses yang paling ditunggu oleh masyarakat, karena pada proses inilah betobo atau gotong royong sesungguhnya akan sangat terlihat, diawali pemberitahuan melalui canang (alat telempong), tukang canang memberi kabar atau berita tersebut atas perintah Pak wali atau Kepala desa, tukang canang berkeliling wilayah yang menjadi yang menjadi tanggung jawabnya

Informasi melalui tukang Canang dilakukan dimalam hari, berjalan memukul canang kemudian berhenti lalu marongak menyampaikan kabar, dimana bait kata untuk canang maelo jalur lebih kurang seperti ini “ooooh rang banjar iko, latibo pulo parentah dari pak banjar kito, bisuak kolam kito maelo jaluar, patah rantiang, bakumpual dikodai panjang, baok nasi ngan mangkanan, jangan lupo lobian,….itu ja nye”, jalan lagi begitu seterusnya.

Maksud dari informasi diatas kira-kira seperti ini, “ooooh orang wilayah sini, sudah datang pula perintah dari pimpinan kita, besok pagi kita menarik jalur, dari yang kecil sampai dewasa, tua dan muda harus ikut, berkumpul dikedai panjang, bawak nasi dan makanan ringan (snack), jangan lupa dilebihkan,…itu saja”, saat maelo jalur desa tersebut biasanya sepi, karena antusias masyarakatnya pada proses tersebut biasa sangat tinggi.

Dalam proses batobo atau gotong royong maelo jalur ini yang ikut biasanya tidak saja masyarakat dari desa bersangkutan, ada juga masyarakat desa tetangga yang bergabung, hal seperti sudah biasa dalam pelaksanaan maelo jalur, dalam maelo Jalur biasanya dibantu alat penarek yaitu rotan yang berfungsi sebagai tali penarik, untuk melancarkan penarikannya dibantu dengan galang atau potongan-potongan kayu bulat yang disusun dibawah jalur tersebut yang berfungsi sebagai roda.

Rotan yang disambung-sambung, hingga mencapai 150 – 250 meter bahkan lebih, sedangkan potongan kayu Ø ± 10 sampai 15 Cm dengan panjang ± 2 – 2,5 M, ketika jalur ditarik bersama-sama, secara estafet sambil maelo potongan-potangan kayu dipindahkan kedepan jalur, dalam memindahkan galang harus berhati-hati, agar galang yang ada dibawah jalur yang sedang berjalan tidak menggilas kaki.

Maelo jalur tidak dilakukan setiap hari, karena harus menimbang aktifitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, oleh sebab itu proses tersebut biasanya dilakukan dihari libur anak sekolah yaitu pada hari ahad, proses maelo jalur yang dilakukan menggunakan tenaga masyarakat dimulai dari tempat atau lokasi penebangan pokok kayu sampai pada lokasi tambatan didesa yang telah disediakan.

Lama proses mealo jalur tergantung jarak kayu jalur dengan lokasi tempat tujuan jalur dan kemampuan masyarakat dalam 1 (satu) hari, jika lokasi sejauh ± 9 (Sembilan) KM, kemampuan maelo jalur 1,5 KM sampai 2 KM perhari, maka lama maelo untuk kondisi tersebut adalah selama 5 (lima) hari ditambah 1 (satu) hari menarik dari lokasi pokok kayu yaitu selama 6 (hari) atau 6 (enam) minggu setara dengan 1,5 (satu koma lima) bulan.

Selain itu kemampuan maelo jalur perhari juga tergantung kondisi lapangan, jika tali atau rotan sering putus, tentu akan berpengaruh pada jarak menarik per harinya, dalam maelo pegangan dan tenaga harus dikeluarkan serentak, dalam maelo tersebut harus mendengarkan aba-aba dari komando yang ada didekat jalur, dimana aba-aba akan mempermudah dalam penarikan kayu jalur tersebut. 

Saat maelo jalur rotan/tali penarik putus sudah menjadi hal yang biasa, bahkan terkadang sengaja diputus, saat rotan/tali putus sorak-sorai penarik bergemuruh, jatuh bersama semua peserta penarik jalur tak terelakan, gelak tawa dan kecerian akan terpancar dari semua penarik sepanjang rotan/tali tersebut, saat putus biasanya menjadi kesempatan untuk istrahat, maelo jalur rutin dilakukan setiap ahad sampai jalur pada tujuan tambatannya.

Masih terkenang dalam ingatan, saat istrahat makan siang bersama ditepi jalan pinggiran rimbo/kebun masyarakat, tepatnya antara KM 3 - 3,5 sesudah hutan lindung Sentajo sebelum persimpangan 4 (kiri ke Telukkuantan, kanan ke Teratak air hitam dan lurus Sentajo atas), tercermin bukti kebersamaan masyarakat saat itu sambil makan diatas daun pisang nasi ibek, membawa bekal atau tidak semua peserta pasti menikmati makan siang bersama tersebut

4.        Malayuar Jalur

Setelah kayu jalur sampai dilokasi, saat itu kayu jalur ditempatkan di ujung kedai panjang arah Telukkuantan, tepatnya dipinggir sawah desa Koto sentajo, jalur yang belum sepenuhnya terbentuk tersebut, mulailah dikerjakan oleh tukang, dimana pengerjaannya biasanya mencapai 1 – 2 bulan, malayuar atau mandiang atau pengasapan jalur biasanya menunggu arahan dari tukang dan pada saat dilayuar jalur sepenuhnya belum selesai.

Selama pengerjaan Jalur oleh tukang kebersamaan masyarakat desa saat itu kembali terlihat, kerena untuk memenuhi makan minum tukang, masyarakat secara bergiliran membawa makanan sampai jalur tersebut selesai, bantuan dari orang-orang tertentu sebenarnya juga ada, namun proses betobo tetap yang utama dimasyarakat saat itu, walaupun hidup saat itu serba sederhana, namun ketika sudah bersatu banyak mimpi yang bisa terwujud.

Ketika tukang jalur sudah menyatakan jalur siap di layuar, maka mulailah dilakukan persiapan kelengkapan untuk malayuar jalur, tujuan jalur di layuar adalah agar “mengembang”, namun silahkan untuk diluruskan, apa tunjuan jalur di layuar sebenarnya, saat malayuar yang sangat dibutuhkan adalah panas dan asap, jadi dalam malayuar jalur diusahakan panas terjaga dan asap sebanyak mungkin.

Untuk malayur Jalur tersebut semua generasi di rantau kuantan dan Indragiri, jika ingin mengetahui prosesnya silakan lihat permbuatan jalur baru, kepada pembaca yang mengetahui silakan sampaikan proses melayuar jalur yang lengkap, apa tujuan melayuar, lama malayuar, apa yang dilakukan setelah di layuar, hiburan saat Malayuar dan proses lainnya dalam malayuar.    

Dari proses pembuatan jalur diatas, ada perubahan proses yang sangat mendasar yaitu saat membawa jalur dari lokasi ke tujuan, dimana dibawah tahun 90 an maelo jalur dilakukan bersama-sama dengan batobo menggunakan tenaga manusia, dizaman modern saat ini maelo atau menarik jalur sudah menggunakan alat berat, sehingga dengan perubahan tersebut, kayu jalur lebih cepat sampai ke tujuannya.

Beberapa hal penting yang terkandung dalam proses pembuaatan jalur, mulai dari penebangan sampai selesainya jalur tersebut dan bahkan sampai pada saat berpacu antara lain :

1.    Sebelum kayu ditebang, do’a dan permintaaan izin untuk mengembalikan makluk hidup, artinya satu batang kayu yang akan kita tebang harus meminta izin kepada sang penguasa dan penciptaNya.

2.        Dalam Batobo atau gotong royong kita telah bersilahturahmi, dimana selaturahmi adalah salah satu bentuk menjaga persatuan dan kesatuan, dengan betobo masyarakat menjadi kuat dan dengan muda mencapai keinginan bersama

3.        Dari proses maelo jaluar tempo dulu, masyarakat dilatih untuk bersedekah yang memang sudah dianjurkan dalam agama, sehingga dalam membuat jalur dan saat ikut berpacupun kebersamaan tersebut selalu terjaga, walaupun saat itu tidak semewah sekarang.

Jadi sewajarnya kabupaten Kuantan singingi mengedepankan motto “ Basatu Nagori Maju ” karena dalam urusan kemaslahatan orang banyak, dari dulu masyarakat Rantau kuantan sudah mengedapankan Batobo dalam menyelesaikan persoalan, sudah tertanam dalam jiwa masyarakatnya, bahwa setiap persoalan yang patut disamakan selalu dipecahkan bersama-sama, menggantungkan diri kepada 1 atau 2 orang atau kepihak manapun, bukan karakter masyarakat Rantau kuantan sejak dulunya, baik pribadi dan/atau perkumpulan masyarakatnya selalu berdikari.

Bila hidup tidak bersatu

Disanalah tempat tumbuhnya seteru


Bila hidup berpecah belah

Yang kuat menjadi lemah

 

Bila hidup tidak mufakat

Seteru banyak musuhpun dekat

 

Bila hidup tidak sehati

Banyaklah kerja tidak menjadi 

Semoga Betobo untuk kebaikan selalu eksis, nilai budaya yang baik mari selalu kita jaga, jika ada yang dianggap belum serasi dan belum sesuai, mari sama kita luruskan, nilai yang tidak dapat diluruskan mari segera dibuang.

 

Jika terdapat kata dan tulisan atau maksud yang tidak tepat mohon koreksinya dan mohon ma’af jika ada yang tidak berkenan

PACU JALUR TERINTEGRASI DAPAT MENJAGA BUDAYA UNTUK MENGEMBANGKAN WISATA DAN MENCIPTAKAN PELUANG USAHA

Oleh : Nafriandi Masing-masing daerah berusaha secara kontinyu untuk mempertahankan dan bahkan mencari potensi baru dibidang pariwisata, k...