Kenegerian Sentajo yang terdiri dari 5
(lima) Desa yaitu Pulau komang, Muaro, Koto, Kampung Baru dan Pulau kopung
Sentajo, Adat Istiadat dikenegerisan Sentajo sampai saat ini masih tetap eksis
walaupun harus menyesuaikan dengan kamajuan zaman, warisan leluhur masih tetap
terjaga terutama hubungan kekerabatan antar masyarakatanya.
Foto : Suasana lebaran di salah satu sudut desa Koto Sentajo 2 Syawal 1440 H/2019 M
Foto : Suasana lebaran di salah satu sudut desa Koto Sentajo 2 Syawal 1440 H/2019 M
Hal tersebut terbukti dengan
berkumpulnya masyarakat kenegerian Sentajo disalah satu desa di kenegerian
tersebut yaitu di desa Koto Sentajo,
dimana tahun 2012 yang lalu desa Koto sentajo ditetapkan sebagai ibukota
Kecamatan Sentajo Raya dan sebelumnya desa tersebut telah ditetapkan sebagai
desa Wisata di Kabupaten Kuantan Singingi, didesa wisata tersebut pulalah
tempat pertemuan masyarakat kenegerian Sentajo berkumpul untuk menjalin
silahturahmi dalam bingkai adat yang merupakan warisan dari leluhur kita.
Bukti sejarah untuk menjaga
disilahturahmi dalam lingkungan adat
kenegerian Sentajo di desa Koto Sentajo adalah Rumah Godang dan Sosoran
Pondam Pandekar tuah. Kedua tempat inilah yang menjadi pusat kegiatan
masyarakat kenegeriaan Sentajo pada hari raya ke 2 (dua) Setiap Idul Fitri.
Pada sudut desa tepatnya dipinggiran danau berdiri sebuah mesjid yaitu mesjid
Raudhatul Jannah, masyarakat tempatan menyebut mesjid tersebut dengan dengan
nama Mansojid
Usang. Konon kabarnya mesjid tersebut dibangun pada tahun 1838.
Koto sentajo dijadikan tempat berkumpul
masyarakat dikenegerian Sentajo dari dulu dan terus barlangsung sampai saat
ini, berkumpulnya masyarakat kenegerian Sentajo didesa itu dikerenakan
disanalah berdirinya Rumah Godang sebanyak 24 (dua puluh
empat) unit, masing-masing unit rumah menampung sekitar 125 – 150 orang,
Seluruh Rumah Godang tersebut menaungi 4 rumpun besar masyarakat
kenegerian Sentajo, dimana masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Suku
yaitu suku Paliang, Caniago, Melayu dan Patopang.
Pertemuan di Rumah Godang masing-masing suku dilakukan oleh satu suku
saja yaitu dari keturunan Mondek, dikenegerian tersebut
apabila 1 (satu) mondek berarti sesuku dan Bapak bisanya berada pada Rumah
Godang keturunan mereka bersama para saudaranya yang satu keturunan
temasuk para kamanakan, Kamanakan bapak adalah anak dari
adik dan kakak perempuannya. Isteri yang
berbeda suku dengan suaminya menjelang siang biasanya sudah terlebih dahulu
mengantarkan siya kerumah godang suaminya.
Siya
yang diantarkan kerumah Godang Suaminya tersebut biasanya diisi dengan nasi,
lauk pauk dan kue lebaran. Jadi setiap Rumah Godang tidak perlu lagi
memasak untuk persiapan pertemuan adat tersebut, karena masing-masing yang ke rumah
Godang pasti telah membawa makanan (oleh perempuan) untuk acara
tersebut, masakan yang biasanya disediakan
oleh penghuni dirumah Godang hanya
sekedar tambahan yang akan dimakan yaitu Gulai Cubodak dan Puluik Tungkui.
Rangkaian acara adat 2 Syawal dikenegerian Sentajo
Setiap tanggal 2 Syawal rangkaian acara
adat di kenegerian Sentajo rutin dilaksanakan, dimana pertemuan tersebut dimulai
selesai sholat zuhur, namun sebelum acara
adat tersebut dimulai saat pagi menjelang siang sebagian masyarakat kenegerian
Sentajo melakukan ziarah ke pemakaman sanak saudara yang telah meninggal.
Acara adat di rumah Godang dilaksanakan
tujuanya adalah untuk menjalin silahturahmi antar suku masing-masing rumpun dan
kerena setelah sebulan berpuasa saat hari raya tiba kita disunatkan saling
berkunjung dan bersilahturahmi sesama kerabat dan keluarga. Karana aktifitas
dan kesibukan masing-masing terkadang membuat kita tidak sempat mengunjungi
sanak saudara satu persatu, maka di rumah godang tersebutlah dijadikan
sebagai pengganti kunjungan yang mungkin tidak dapat dilakukan ke rumah karib
kerabat dan para saudara serumpun tersebut.
Pada acara tersebut kita akan bertemu
dengan sanak saudara baik yang berdomisili di kenegerian Sentajo dan juga sanak
saudara yang sengaja pulang dari perantauan. Sanak saudara dari peratauan
apabila pulang kampung disaat hari raya tersebut kalau tidak ke rumah
godang, rasanya kurang afdhol, kerana anak jati diri sentajo sudah
terbiasa dengan adat istiadat tersebut, sehingga kerinduan ke rumah
godang sudah sudah terpatri dan menjadi tradisi yang selalu
dilaksanakan.
Mengapa di rumah godang waktu dan
tempat paling tepat untuk bersilahturahmi? Karena mulai kita menginjakkan kaki
masuk di desa wisata Koto sentajo, menjelang sampai ke rumah Godang sambil
berjalan kita bisa bertemu dengan teman-teman sepermain, teman sekolah dan
karib kerabat masa kecil, satu suku
maupun beda suku dengan kita akan kita jumpai di desa tersebut, yang dari
perentauan maupun yang berdomisili di kenegerian Sentajo dan sekitarnya, sangat
indah dan menabjubkan.
Foto : Suasana lebaran salah satu Rumah
godang 2 Syawal 1440 H/2019 M
Saat pertemuan di rumah Godang silahturahmi
antar rumpun satu suku biasanya selama ± 2 Jam, sebelum acara penting adat
dilakukan pertemuan diawali dengan makan bersama, dimana makan bersama tersebut
mangkok berisi nasi yang ada tidak disediakan sendok, langsung menggunakan lima
jari untuk mengambil nasi tersebut,
setelah acara makan selesai barulah dimulai acara inti adat yang pada akhir acara nanti
ditutup dengan do’a serta bersalam-salaman. Hal-hal yang disampaikan sebelum penutupan
adalah sebagai berikut :
1. Pesan-pesan
yang baik
Pesan-pesan
kepada anak cucu kamanakan tentang adat istiadat kenegerian Sentajo.
Pesan-pesan
tersebut biasanya disampaikan olah ninik mamak dari masing-masing suku kepada
anak cucu kamanakan nya, dimana pesan berisikan pesan moral dalam menjaga
hubungan kemasyarakatan, terutama dalam hal kenakalan remaja dan menjaga adat
istiadat.
2. Pemeliharaan
rumah Godang
Rumah
godang yang merupakan warisan nenek moyang tetap dijaga kelestariannya,
walaupun harus beriringan dengan kemajuan zaman, sehingga pada saat pertemuan
itu dimintakan sumbangan batasan minimal (kemampuan terendah), jika ada saudara
yang berpenghasilan lebih akan menyumbang lebih besar dan bagi yang tidak mampu
biasanya tidaklah akan jadi masalah dalam hal sumbangan tersebut. Hasil dari
pengumpulan dana akan digunakan untuk pemeliharaan rumah godang
masing-masing suku
3. Hal-hal
penting lainnya
Hal-hal
penting lain biasanya di bicarakan seperti informasi tentang pendidikan dan
pekerjaan, dan disamping itu ada juga informasi orang dari luar lingkungan adat
kenegerian Sentajo ikut bainduak pada suku. Bainduak
biasanya dilakukan dalam proses adat kenegerian Sentajo, syahnya orang
yang bainduak
pada suku tertentu dengan melakukan pemotongan kambing yang disediakan oleh
orang Bainduak tersebut. Pada acara tersebutlah orang yang bainduak
tersebut diperkenalkan pada sanak saudara suku bersangkutan.
Pemotongan
kambing orang bainduak biasanya dilakukan sebelum acara silahturahmi adat di rumah
godang berlangsung. Daging kambing tersebut dimanfaatkan untuk menambah
lauk pauk dalam bentuk gulai untuk makan siang di rumah godang, apabila
seseorang telah memotong kambing dan diperkenalkan dalam acara adat di rumah
godang maka syahlah orang tersebut masuk pada suku yang diinginkannya.
Setelah acara selesai di rumah
godang, masyarakat berkesempatan
untuk melihat tontonan permainan silat pandekar batuah di sosoran
pondam, lokasinya tidak jauh dari lingkungan rumah godang Koto
Sentajo, silat biasanya dimulai sejak jam 14.00 WIB selesai sekitar jam 17.00
WIB. Kegiatan di Sosoran tersebut juga dilaksanakan setiap malam selama bulan
suci ramadhan selesai sholat tarawih dan witir dan puncaknya adalah siang hari
pada tanggal 2 Syawal, kemeriahan silat akan terlihat pada acara puncaknya,
karena pada saat itu masyarakat kenegerian Sentajo berkumpul didesa tersebut.
Kita berharap semoga adat istiadat di
kenegerian Sentajo tetap terjaga keberadaannya terutama bangunan-bangunan
peninggalan leluhur, sehingga rumah godang dan sosoran
menjadi perekat dan pengikat dalam menjalin silahturahmi untuk menguatkan
persatuan dan kesatuan di kenegerian Sentajo khususnya dan Kuantan Singingi
pada umumnya.
Adat istiadat dikenegerian Sentajo patut
kita tumbuh kembangkan, karena itu merupakan kekayaan khasanah budaya yang
masih ada dan hendaknya akan tetap terpelihara oleh kita bersama, kita sebagai
masyarakat yang berasal dari kenegerian tersebut harus bangga dengan adat
istiadat yang kita miliki. Penulis baharap kepada masyarakat yang berasal dari
Sentajo yang baik berdomisili di kenegerian tersebut maupun diperantauan, mari
bersama-sama kita ramaikan rumah godang setiap tahunnya yaitu
lebaran kedua tepatnya setiap tanggal 2 Syawal.
Rumah Godang = Rumah besar warisan nenek moyang
Mondek =
Ibu
Siya =
Rantang
Kamanakan = Keponaan
Cubodak =
Cempedak
(Nangka dalam pelaksanaanya)
Puluik Tungkui = Pulut
atau Ketan yang dibungkus daun pisang
Sosoran =
Lapangan
Bermain Silat
Bainduak =
Mengangkat Ibu (Masuk Suku)Oleh :
N a f r i a n d i
Tulisan ini sudah pernah dipublikasikan tahun 1434 H / 2013 M yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar