PERBAIKAN RUMAH GODANG
UNTUK MEMPERTAHANKAN ADAT ISTIADAT MASYARAKAT DIKENEGERIAN SENTAJO
Sama seperti tahun-tahun
sebelumnya, dipenghujung ramadhan kesibukan aktifitas masyarakat mulai terasa
karena bulan utama tersebut akan berakhir,
hilir mudik pun seakan menjadi aktifitas rutin menjelang syawal datang,
karena pada bulan syawal merupakan bulan
saling bersilaturahmi, masyarakat yang diperantauan berbondong-bondong mudik ke
kampung halaman jauh dekat seakan tidak menjadi kendala demi berkumpul bersama
sanak saudara di tanah kelahiran.
Foto : Salah satu kondisi alam disekitaran Rumah Godang - Rukoto
Mudik kekampung halaman pada
bulan syawal seakan memberi semangat baru bagi perantau setelah kembali keaktifitas
masing-masing, selama dikampung halaman waktu yang ada terasa cepat berlalu,
kerena suasana bulan syawal penuh aktifitas khususnya dalam menjalin
silatuhrahmi bersama sanak saudara, teman sejawat yang memang pada saat itu
menjadi momen yang tepat untuk kembali berbagi cerita sambil mengenang masa lalu.
Seperti tahun-tahun sebelumnya Kami
sekeluarga mudik kekampung halaman yaitu dikenegerian Sentajo kecamatan Sentajo
Raya kabupaten Kuantan Singingi provinsi Riau, dimana kenegerian Sentajo
terbagi dalam 5 (lima) Desa, pada kenegerian tersebut menganut garis keturunan matrilineal, dimana adat masyarakat
yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. dikenegerian Sentajo adat
istiadat masih sangat kental, sehingga pada setiap 2 syawal masyarakat
dikenegerian tersebut berkumpul di rumah adat yang sebut Rumah Godang.
Rumah Godang dikenegerian Sentajo berada didesa wisata Koto Sentajo
sebanyak 27 (dua puluh tujuh) Unit, terdiri dari 5 (lima) rumpun suku yaitu Melayu, Paliang, Caniago, Tanjuang dan Patopang, dengan rincian jumlah Rumah Godang tersebut adalah Melayu 6 (enam) Unit ; Paliang 9 (Sembilan) Unit ; caniago 2 (dua) ; Tanjuang 7 (tujuh) Unit dan Patopang
3 (tiga) Unit.
Rumah Godang bagi masyarakat kenegerian Sentajo merupakan warisan
leluhur yang sangat tidak ternilai harganya, kerena di Rumah Godang tersebut disamping tempat berkumpul setiap 2 Syawal
juga digunakan untuk tempat berbagai acara dan berunding membahas adat istiadat
dikenegerian tersebut terutama menyangkut cucu kemenakan, oleh sebab itu keberadaan Rumah Godang dikenegerian tersebut harus
tetap dijaga keberadaannya.
Setelah berkumpul dirumah Rumah Godang masih 2 Syawal masyarakat
dapat menyaksikan atraksi permainan silat Pendekar
Bertuah, dimana lokasinya tidak jauh dari masing-masing rumah Godang yang ada dikenegerian
tersebut, tempat permainan silat tersebut yaitu Sosoran Pondam, permainan silat di sosoran pondam berlangsung tidak saja pada 2 syawal, namun biasanya
juga dilakukan pada malam hari selama bulan ramadhan selesai sholat tarawih.
Apa yang ada dikenegerian Sentajo
merupakan aset penting bagi Riau khususnya dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada Umumnya, mengapa demekian? Walaupun bagian kecil bagi negara kita, namun
banyak makna yang dapat dipetik dari kenegerian Sentajo tersebut, disini tercipta
dan tergambar kerukunan masyarakat dalam kebersamaan membangun negeri, ketika
bagian-bagian kecil diberbagai penjuru negeri ini saling memupuk dan merangkai
kebersamaan melalui adat istiadat masing-masing dan jika kondisi tersebut ada
diberbagai daerah yakinlah persatuan dan kesatuan akan mudah untuk kita raih.
Rumah Godang
Rumah Godang sebanyak 27 (dua puluh Tujuh) unit dan 1 (satu) unit
balai sosoran Pondam yang merupakan
warisan nenek moyang dikenegerian Sentajo, merupakan bukti sejarah yang tidak
akan pernah dilupakan oleh masyarakat setempat, kerena mungkin dulunya dibangun
atas kebersamaan nenek moyang kita yang saat ini menjadi warisan penting bagi
masyarakat dikenegerian Sentajo.
Sampai saat ini masyarakat
setempat masih menjaga aset-aset tersebut secara swadaya dalam melakukan memperbaikannya,
kondisi masing-masing rumah godang
saat ini sangat berbeda-beda, hal tersebut karena memang Rumah godang dibangun sudah sejak lama, setiap tahunnya
masing-masing suku pasti melakukan perbaikkan walaupun hanya sebatas
pemeliharaan ringan.
Foto : Kondisi beberapa Rumah Godang yang belum diperbaiki
Pemeliharaan yang dilakukan
secara swadaya terus dilakukan setiap tahunnya walaupun sedikit yang bisa
diperbaiki dari hasil swadaya tersebut, namun semangat kebersamaan untuk
memelihara Rumah Godang secara
kontinyu terus terlaksana, agar kondisi Rumah
Godang tetap kokoh dan indah tentu memerlukan biaya yang cukup besar, selain
swadaya masyarakat adat dikenegerian Sentajo, berbagai usaha pun dilakukan oleh
masyarakat adat dalam rangka menjaga keberadaannya.
Masyarakat adat kenegerian Sentajo
berusaha mencari dana dari luar masyarakat setempat yaitu melalui bantuan-bantuan
Pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten, pada
tahun 2016 usaha tersebut membuahkan hasil, dimana Pemerintah Pusat mengucurkan
dana melalui program bantuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dimana dana
tersebut Alhamdulillah dapat menyelesaikan Rehab berat sebanyak 6 (enam) Unit Rumah godang.
Terhadap
Rumah Godang yang akan dilakukan direhabilitasi
tersebut dipilih langsung oleh tim penilai dari kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, sehingga perbaikan terhadap 6 (enam) unit Rumah godang tersebut
adalah dipilih Rumah godang yang kerusakannya paling parah dan dibagi
untuk 5 (lima) suku yang ada masing-masing 1 (satu) unit, kecuali suku Paliang yang mendapatkan 2 (dua) Unit
yaitu suku Piliang lowe dan Piliang Soni.
Foto : Kondisi beberapa Rumah Godang yang telah diperbaiki
Setelah
dilakukan rehabilitasi 6 (enam) Rumah
godang, maka saat ini masih tersisa sekitar 21 (dua puluh satu) unit Rumah Godang dan 1 (satu) Balai Sosoran lagi yang kondisinya perlu dilakukan
perbaikan, maka disamping terus dilakukan perbaikan melalui swadaya masyarakat
kenegerian Sentajo setiap tahunnya, perlu sekali bantuan-bantuan serupa seperti
yang dilakukan oleh Pemerintah pusat untuk tetap kokohnya adat istiadat di
kenegerian tersebut.
Apa
yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk tetap kokohnya adat istiadat
di kenegerian Sentajo patut kita apresiasi dan acungkan jempol, karena
disamping banyaknya kebutuhan Negara untuk belanja di berbagai daerah, seperti
kebutuhan pembangunan diberbagai bidang baik insfrastruktur, kesehatan,
pendidikan dan bidang lainnya, pemerintah Pusat masih sempat memperhatikan adat
istiadat dikenegerian Sentajo yang jaraknya ribuan kilometer dari ibukota
Negara.
Kita
berharap apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah pusat bisa terus berlanjut,
karena di kenegerian tersebut masih ada sekitar 21 (dua puluh satu) Rumah godang dan 1 (satu) Balai Sosoran yang perlu dilakukan
rehabilitasi, di samping itu mungkin ada baiknya Pemerintah Daerah Kabupaten
dan Pemerintah Daerah Provinsi dapat mengikuti jejak Pemerintah Pusat dalam
mempertahankan adat istiadat di kenegerian Sentajo tersebut, kerena kenegerian Sentajo
berada pada wilayah administrasi Provinsi Riau dan Kabupaten Kuantan Singingi.
Selain
program Pemerintah dan Swadaya masyarakat tempatan dalam perbaikan Rumah Godang dan Balai Sosoran, juga kita berharap kepada korporasi-korporasi yang
ada di daerah tersebut terutama korporasi besar, dengan memberikan sumbangsihnya
dalam memelihara hal berkenaan, korporasi tentu bisa berperan serta melalui bantuan pengembangan sarana dan prasarana
umum yaitu lewat Program Corporate Social
Responsibility (CSR), dimana hal tersebut bagi korporasi-korporasi sudah
menjadi program tanggung jawab sosial dan lingkungan dimanapun mereka
beraktifitas.
Untuk terus
terjaganya Rumah Godang dan Balai sosoran, tentu tidak akan lepas
dari peran serta semua unsur khususnya masyarakat setempat, sehingga berbagai
rangkaian acara adat istiadat yang masih tersisa dikenegerian Sentajo bisa
terus dipertahan keberadaannya, dengan semangat berkumpul di Rumah Godang hendaknya acara adat yang
sudah jarang terlihat saat ini seperti acara ma antar nasi bagi cucu kemenakan yang akan melaksanakan pernikahan
dan acara adat lainnya bisa kembali kita budayakan dikenegerian kita.
Jika ada kata yang kurang
berkenan mohon dimaafkan dan jika ada salah tulis maupun salah kata kritik dan
saran pembaca hendaknya ada.